Damkar Sudah Padamkan Api, Tapi Dihadang Tiket Parkir: Ketika Logika Harus Takluk di Pintu Keluar
  • Ilustrasi yang menggambarkan kontras antara tugas mulia petugas damkar dan regulasi parkir yang menghalangi proses. (sumber: Dihasilkan menggunakan teknologi AI)

Damkar Sudah Padamkan Api, Tapi Dihadang Tiket Parkir: Ketika Logika Harus Takluk di Pintu Keluar

  • 15 Mei 2025
  • Rhoely Maguire
  • Kota Makassar

Makassar — Sirene pemadam kebakaran yang biasa membawa rasa cemas berubah jadi ironi pada siang itu. Setelah berjuang menaklukkan kobaran api di sebuah kawasan padat di Makassar, satu unit mobil Damkar harus menghadapi tantangan lain yang tak terduga: diminta membayar parkir saat keluar dari lokasi tugas.

Peristiwa ini terekam dalam sebuah video berdurasi singkat yang viral di media sosial, memperlihatkan petugas damkar tengah berdialog dengan seorang juru parkir. Di belakang mereka, selang pemadam masih tergulung, ban kendaraan masih basah, dan wajah lelah para petugas belum sepenuhnya reda. Namun, bukan ucapan terima kasih yang mereka dapat, melainkan permintaan karcis.

“Ini damkar, Pak. Baru saja selesaikan tugas pemadaman,” terdengar suara petugas dalam video, mencoba menjelaskan. Tapi penjelasan itu tak serta-merta menghapus kewajiban bayar.

Video tersebut memicu gelombang komentar publik. Banyak warganet mempertanyakan logika di balik permintaan pembayaran tersebut. “Petugas Damkar itu bukan sedang belanja atau makan di food court. Mereka datang untuk menyelamatkan!” tulis salah satu pengguna Instagram.

Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar pun angkat bicara. Melalui siaran persnya, mereka menyayangkan insiden tersebut dan berharap ada edukasi serta kebijakan khusus dari pengelola parkir—terutama bagi kendaraan layanan publik dalam keadaan darurat.

Kepala Dinas Damkar Makassar, H. Syahrir, menjelaskan bahwa mobil pemadam sering kali harus menembus akses sempit, bahkan masuk ke kawasan perbelanjaan atau parkir gedung untuk menjangkau titik api. “Seharusnya ada pengecualian. Petugas kami bekerja atas nama keselamatan publik,” ujarnya.

Di sisi lain, pengelola parkir yang bersangkutan mengaku akan mengevaluasi SOP petugas lapangan mereka. “Itu murni miskomunikasi,” ucap salah satu perwakilan.

Lebih dari sekadar cerita unik, peristiwa ini menjadi cermin bagaimana sistem dan empati kadang berjalan tak seirama. Di tengah panasnya api dan tekanan tugas, para petugas Damkar tak seharusnya dibuat terhambat oleh aturan yang kaku.

Karena ketika alarm darurat berbunyi, mereka tak berpikir soal karcis. Mereka hanya berpikir: "Bagaimana menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa."

0 Komentar

Isi Saran / Komentar